Minggu, 10 Maret 2013
Kini bangau bluwok semakin banyak melayang tinggi di angkasa akibat penyusutan lahan basah.
Badan Konservasi Dunia IUCN (International Union for Consevation of
Nature, telah menetapkan bangau bluwo ke dalam status rentan dan
digolongkan terancam punah secara global. Status ini tercantum dalam
Appensiks I CITER (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora), artinya secara internasional tidak
boleh diperdagangkan.

Bangau bluwok hanya bisa hidup di lahan basah, merupakan burung air yang
populasinya relatif sedikit dengan perkembang biakan lambat. Habitat
burung ini adalah daerah berlumpur dan rawa, ia tidak bisa pindah ke
sembarang tempat karena hidupnya memang tergantung pada lahan basah. Di
daerah peralihan antara daratan dengan perairan yang tanahnya selalu
digenangi air ini ia mencari ikan atau binatang kecil sambil berjalan
perlahan.
Bird Conservation Officer Burung Indonesia, Dwi Mulyawati, menaksir
populasi global bangau bluwok dewasa saat ini hanya sekitar 3.300 ekor.
Jumlah taksiran untuk Sumatera sekitar 1.450 ekor, sedangkan di Jawa
hanya 400 ekor. Kemudian di Malaysia 10 ekor dan di Kamboja antara 20-30
ekor. (PR, 6 Maret 2013).
Di Indonesia bangau bluwok hanya menyebar di Sumatera, Jawa, Bali,
Sumbawa, dan Sulawesi. Koloni berbiak burung berukuran 92 cm ini pernah
diketahui berada di pesisir timur Sumatera Selatan dan Pulau Rambut. Di
beberapa tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak ada tanda berbiak,
sementara statusnya di Sulawesi dan Sumbawa, tidak diketahui dengan
pasti. Diduga hanya sebagai pengunjung tidak tetap Sumbawa dan berbiak
di Sulawesi.
Kebiasaan bangau bluwok adalah hidup sendiri atau dalam kelompok kecil
dekat pantai, sering bergabung dengan cangak dan jenis bangau lain. Ciri
utama bangau bluwok adalah kulit muka tanpa bulu berwarna merah jambu
hingga merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar